Rabu, 28 Mei 2008

Keefektifan MGMP PAI Dalam Meningkatkan Profesinalisme Guru PAI Kabupaten Cianjur

KEEFEKTIFAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PAI SMP TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PAI KABUPATEN CIANJUR

A. Latar Belakang Masalah
Tuntutan akan sumber daya manusia unggul yang memiliki kompetensi yang tinggi merupakan kebutuhan mendesak dalam menyelesaikan berbagai krisis yang terjadi di Indonesia dalam segala aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan.
Reformasi dalam bidang pendidikan akan melibatkan semua komponen pendukungnya, baik siswa, sekolah, manajemen pengelolanya maupun gurunya untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia secara optimal.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui usaha pengajaran dan pelatihan, proses, perubahan dan cara mendidik.
[1]
John Dewey mengatakan bahwa pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
[2]
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) no. 20 tahun 2003, dinyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[3]
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah masih rendahnya mutu guru. Seiring dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 18 tahun 2007 tentang seritifikasi bagi guru dalam jabatan, setiap guru dituntut meningkatkan profesionalisme guru. Dengan kata lain, setiap guru harus meningkatkan kompetensinya sebagai seorang guru, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial maupun profesional. Dengan kompetensi ini guru diharapkan dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik serta mampu mengembangkan profesinya.
Untuk menjawab tantangan rendahnya mutu pendidikan, aneka upaya peningkatan profesionalisme guru perlu dilakukan. Tilaar mengemukakan bahwa profesi guru bukanlah merupakan profesi yang sudah jadi. Guru perlu secara terus menerus mengubah diri karena pengalaman mendidik bukan merupakan pengalaman rutin. Guru merupakan pelaku dalam tindakan pedagogis, karena pedagogis dalam kehidupan terus menerus berubah, profesionalisme guru akan terus berubah.
[4]
Agenda utama yang perlu diprogramkan guna peningkatan mutu pendidikan di tingkat SMP adalah perubahan pada proses pembelajaran di kelas. Perubahan tersebut sulit terwujud tanpa adanya peningkatan profesionalisme guru, karena guru memegang peran paling dominan dalam proses pendidikan. Semakin tinggi profesionalisme guru diduga akan semakin tinggi mutu pembelajaran.
Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa sebagai tenaga profesional, guru bertugas merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran, menila hasil pembelajaran, serta melakukan bimbingan dan pelatihan.
Salah satu upaya yang perlu ditumbuhkan dan dikembangkan untuk mengembangkan tugas profesi tersebut adalah pembentukan gugus sekolah. Pada prinsipnya gugus sekolah adalah wadah sekelompok guru bidang tertentu dari wilayah tertentu, misalnya tingkat kabupaten/kota sebagai tempat membicarakan dan mencari solusi dari masalah yang dihadapi bersama. Misalnya guru-guru PAI membentuk kelompok guru PAI. Selanjutnya anggota kelompok tadi diharapkan mampu melakukan pembinaan profesional di sekolah masing-masing. Di SD gugus sekolah ini dikenal dengan istilah Kelompok Kerja Guru (KKG), di SMP/SMA dengan istilah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan di SMK dengan istilah Musyawarah Guru Mata Diklat (MGMD).
MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) adalah wadah untuk pertemuan para guru mata pelajaran sekolah, lembaga ini bersifat nonstruktural namun memiliki struktur yang berjenjang, mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, sampai sekolah. Pengurus MGMP terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota, dipilih secara musyawarah, dan diperkuat dengan Surat Keputusan Pejabat Depdiknas (Dinas Pendidikan) di provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan dengan masa bakti dua tahun.
[5]
Peningkatan profesionalisme guru juga terus diupayakan sebagai akibat adanya perubahan paradigma dalam proses pembelajaran dari mengajar (teaching) menjadi belajar (learning) dan dari teacher centered menjadi student centered. Pembelajaran yang didominasi oleh kegiatan mengajar dengan peran gurumendominasi proses pembelajaran ternyata tidak efektif sebagai upaya peningkatan mutu.[6]
MGMP merupakan jaringan komunikasi profesi yang dapat dimanfaatkan untuk guru dalam mengembangkan profesinya. Melalui MGMP para guru dapat meningkatkan profesionalismenya dengan berdiskusi dan mempraktekan penyusunan program tahunan (prota), program semester (promes), analisis materi pelajaran, program satuan pengajaran, metode pembelajaran, alat evaluasi, bahan ajar, pembuatan dan pemanfaatan media pengajaran juga dapat dikaji dalam forum ini, berbagai masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran juga dapat ditangani melalui forum ini.
MGMP sebagai tempat untuk meningkatkan profesionalisme guru, perlu dikelola oleh pengurus yang profesional. Pengurus profesional adalah pengurus yang mengetahui dan mempraktekan prinsip-prinsip manajemen. Dalam lingkup MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur, pengurusnya harusmampu berperan sebagai perencana kegiatan, pengorganisasi kegiatan, pemimpin kegiatan dan pengendali kegiatan. MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur dibentuk oleh para guru pendidikan Agama Islam yang bertugas di lembaga pendidikan tingkat menengah atas, baik negeri maupun swasta pada tahun 1993. Lembaga tersebut berada di bawah naungan Dinas Pendidikan, Departemen Agama, dan Yayasan-yayasan sekolah. Yayat Dimyati
[7] menyatakan bahwa Pembentukan organisasi ini didasarkan atas kebutuhan profesionalisme para guru Agama Islam dalam memberikan pembelajaran di hadapan para siswa. Selain itu juga karena peranan guru agama di masyarakat yang dianggap sebagai tokoh agama. Melalui forum ini para guru yang tergabung di dalamnya biasanya mengadakan pertemuan rutin sebulan sekali. lebih lanjut menurut Arti[8] bahwa MGMP PAI di Kabupaten Cianjur telah mempunyai payung hukum berupa Peraturan Daerah (Perda) tentang "Gerbang Marhamah" yang mulai diberlakukan pada tahun 2003. Sehingga Pemerintah Daerah sudah seharusnya ikut andil dalam memajukan dan mengembangan organisasi MGMP ini.
Para guru dapat mengatasi kesenjangan antar SMP dalam perencanaan program pembelajaran, pelaksanaan program pembelajaran, penyusunan alat evaluasi, pelaksanaan evaluasi, analisis hasil evaluasi, serta perencanaan dan pelaksanaan program remidi dan pengayaan dalam forum MGMP. Tanpa melalui MGMP segala bentuk program pembelajaran diduga akan bervariasi dan terjadi kesenjangan.
Tujuan MGMP akan tercapai jika dilaksanakan sesuai dengan program penyelenggaraan dalam penyelenggaraan MGMP seluruh Indonesia. Disebutkan bahwa tujuan penyelenggaraan MGMP bertujuan untuk:
1. Menumbuhkan kegairahan guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar.
2. Meratakan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan legiatan belajar mengajar sehingga dapat menunjang usaha peningkata pemerataan mutu pendidikan.
3. Menampung segala permasalahan yang dialami oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari cara penyelesaiannya yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, guru, sekolah, dan lingkungannya.
4. Membantu guru dalam upaya memenuh kebutuhannya yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.
5. Membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan kebijakan pengembangan kurikulum dengan mutu pelajaran yang bersangkutan.
6. Sebagai tukar informasi dan saling tukar pengalaman dalam rangka mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan teknik mengajar.
[9]

Permasalahan keefektifan MGMP dalam meningkatkan profesionalisme guru PAI SMP sangat komplek. Dalam penelitian ini permasalahan akan dibatasi pada dua hal pokok yatiu permasalahan manajemen MGMP PAI SMP Cianjur dan permasalahan peningkatan proesionalisme guru PAI SMP Cianjur.
Kajian terhadap permasalahan manajemen mencangkup fungsi-fungsi manajemen MGMP sebagai perencana, pengorganisasi, pelaksana, dan pengendali dalam pelatihan MGMP. Kajan terhadap profesionalisme guru mencakup kajian terhadap peningkatan profesionalisme dalam hal penguasaan bahan, pengelolaan program belajar mengajar, pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber pembelajaran, penguasaan landasan-landasan pendidikan, pengelolaan interaksi belajar mengajar, penilaian prestasi siswa, serta pemahaman prinsip-prinsip pengajaran.

Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang KEEFEKTIFAN MGMP PAI SMP TERADAP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PAI KABUPATEN CIANJUR.

B. Rumusan Masalah
Sebagaimana telah diuraikan dalam latar belakang masalah bahwa kajian terhadap keefektifan MGMP PAI SMP Kabupaten Ciajur terhadap peningkatan profesionalisme guru akan lebih difokuskan pada masalah manajemen MGMP dalam meningkatkan proesionalisme guru oleh MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur, oleh karena itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana manajemen MGMP SMP Kabupaten Cianjur guna peningkatan profesionalisme guru?
2. Bagaimana peningkatan profesionalisme guru PAI SMP Kabupaten Cianjur melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh MGMP PAI?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian ini adalah:
a. Untuk mendeskruipsikan manajemen MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur
b. Untuk mendeskripsikan peningkatan profesionalisme guru PAI SMP Kabupaten Cianjur melalui kegiatan yang diselenggaran oleh MGMP PAI?

2. Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Hasil penelitian ini bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjurdaharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan tentang program peningkatan profesionalisme guru PAI.
b. Hasil penelitian ini bagi pemerintah Kabupaten Cianjur, diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengambilan kebijakan peningkatan mutu pendidikan. Pemerintah Kabupaten Cianjur sesuai semangat otonomi daerah wajib mencari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia di wilayahnya, termasuk upaya peningkatan profesionalisme guru PAI.
c. Hasil penelitian ini bagi pengurus MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur, diharapkan dapat memberikan masukan untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan manajemen MGMP.
d. Hasil penelitian ini bagi guru PAI, diaharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya meningkatkan profesionalisme diri melalui forum MGMP.

D. Kajian Pustaka
Sejauh pengamatan penulis, penelitian mengenai peranan MGMP dalam meningkatkan profesional guru dalam konteks profesionalisme guru PAI SMP Kab. Cianjur Jawa Barat belum ada yang meneliti, namun ada beberapa penelitian yang membahas program MGMP pada bidang studi lain, diantaranya:
1. Penelitian yang dilakukan Oma Sutiana, M.Pd..
[10] yang berjudul " Musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) sebagai lembaga pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah : studi terhadap peranan MGMP IPS-Sejarah SLTP di Kabupaten Bandung dalam upaya peningkatan kemampuan profesionalisme guru ". Dasar pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini ialah peningkatan mutu proses dan hasil pendidikan dihadapkan pada tuntutan kualitas layanan guru dalam proses pembelajaran. Lembaga MGMP merupakan suatu wadah dan sebagai tempat yang disediakan bagi para guru mata pelajaran sejenis untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi mereka dalam upaya peningkatan kualitas profesionalnya. Permasalahannya adalah seberapa besar kontribusi kegiatan MGMP terhadap peningkatan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan survey explanatory dengan pendekatan kuantitatif. Adapun hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan kegiatan MGMP IPS-Sejarah SLTP di kabupaten Bandung telah dilaksanakan dengan kriteria baik dilihat dari pengelolaannya maupun dari segi kesesuaian antara materi pembahasan dengan kebutuhan guru di lapangan, berdasarkan perhitungan WMS diperoleh nilai kecenderungan rata-rata sebesar 3,28. Kemampuan guru peserta MGMP IPS sejarah dalam melaksnakan pembelajarn menunjukkan kriteria yang dianggap baik berdasarkan hasil dari angket yang disebar kepada para guru peserta MGMP, dari hasil perhitungan WMS diperoleh angka rata-rata sebesar 3,91. Kontribusi kegiatan MGMP terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah diperoleh angka sebesar 0,33, berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan walaupun berada dalam kategori rendah. Berdasarkan perhitungan koefisien determinannya diperoleh angka sebesar 10,61%, hal ini berarti kegiatan MGMP memberikan kontribusi terhadap kemampuan profesional guru dalam melaksanakan pembelajaran hanya sekitar 10,61% sedangkan selebihnya sekitar 89,39% dipengaruhi oleh faktor lain.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Encang
[11] yang berjudul " Peranan MGMP dalam meningkatkan kualitas inovasi pendidikan : kasus MGMP PPKn Jenjang SMU di Kota Bandung Barat". Penelitian ini Fokus penelitiannya adalah bagaimana meningkatkan peran MGMP yang pada awalnya bertujuan untuk tukar informasi atau berbagi pengalaman memecahkan masalah yang ada kaitannya dengan KBM melalui proses inovasi pendidikan oleh guru, dan jenis-jenis inovasi apa yang mungkin dan sudah dilaksanakan?. Adapun yang dibahas dengan fokus penelitian meliputi : (1) profil kinerja manajemen MGMP dalam upaya meningkatkan inovasi pendidikan, (2) meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran, (3) mengefektifkan fasilitas pendidikan dalam meningkatkan kegiatan belajar mengajar (KMB). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan data yang ada untuk memperoleh makna yang mendalam. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa tujuan dari penyelenggara kegiatan MGMP PPKn di kota Bandung Barat belum tercapai sepenuhnya. Dalam kesiapan administrasi guru sekalipun hasil pengembangan program sudah ada penyederhanaan, namun kenyataan guru PPKn di lapangan masih ada yang belum melengkapi administrasi kesiapan untuk mengajar. Dalam pengembangan materi pelajaran mestinya menggunakan multi sumber buku paket atau buku yang dikembangkan oleh penerbit swasta. Dalam meningkatkan strategi kegiatan belajar mengajar (KMB) masih ada guru di lapangan yang menggunakan satu metode dan media, mestinya menggunakan multi metoda dan media. Dalam melaksanakan evaluasi masih ada guru yang tidak menggunakan prosedur evaluasi. Masih ada guru yang tidak melaksanakan remedial teaching dan remedial test.

E. Kerangka Teori
1. Rumusan Istilah
a. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sebagai Organisasi
MGMP merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang pengembangan sumber daya manusia. Keefektifan organisasi MGMP ini dapat dikaji dari indikator-indikator keefektifan organisasi, artinya keefektifan MGMP sebagai organisasi bisa dipengaruhi oleh faktor struktur organisasi, kemampuan dan karakteristik pengurus, lingkungan, serta praktik dan kebijakan manajemen.
Praktik dan kebijakan manajemen MGMP merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi keefektifan MGMP. Sebab praktik dan kebijakan manajemen MGMP memiliki cakupan yang lebih luas daripada faktor-faktor lain yang mempengaruhi keefektifan MGMP. Dalam hal praktik dan kebijakan manajemen, Robbins menyatakan bahwa semua manajer menjalankan empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian.
[12]
Fungsi perencanaan mancakup kegiatan penetapan tujuan, penetapan strategi untuk mencapai tujuan, dan pengembangan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan.fungsi pemgorganisasian mencakup kegiatan menetapkan tugas-tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus malakukan, bagaimana tugas itu dikelompokan, siapa melapor kepada siapa, dan bagaimana keputusan itu diambil. Funhsi kepemimpinan mencakup aktivitas memotivasi bawahan, mengarahkan kegiatan orang lain, menentukan saluran-saluran komunikasi yang paling efektif dan memecahkan konflik antar anggota. Fungsi pengendalian mancakup aktivitas memantau kinerja organisasi untuk memastikan bahwa semua urusan berjalan seperti seharusnya, membandingkan kinerja yang sebenarnya dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dan mengembalikan organisasi pada jalurnya jika terjadi penyimpangan.
Fungsi MGMP dapat pula dikaji dari pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen MGMP. Terry mengemukakan bahwa management is distinct process concisting of flanning, organizing, actuating, and controling, performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other resources.
[13] Pengertian manajemen tersebut mengindikasikan pentingnya pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam organisasi yang mencakup fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pemantauan.
Parjudi Admosudirjo mendefinisikan planing, organizing, actuating, dan controling. Planning atau perencanaan adalah perhitungan dan penentuan dari apa yang akan dijalankan dalam rangka mencapai suatu prapta (objective) tertentu, di mana, bilamana, oleh siapa, dan bagaimana tata caranya. Organizing adalah tindak tanduk untuk menyambut pelaksanaan rencana yang telah diputuskan untuk dilaksanakan. Actuating adalah aktivitas-aktivitas utama sehari-hari yang berupa kegiatan-kegiatan beraneka ragam. Actuating diajalankan setelah adanya perencanaan dan pengorganisasian. Controlling atau pengawasan adalah keseluruhan dari kegiatan-kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria-kriteria, norma-norma, standard, atau rencana-rencana yang telah ditetapkan.

b. Peningkatan Profesionalisme Guru Melalaui MGMP
Presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudoyono telah mencanangkan guru sebagai profesi.
[14] Seseorang yang bekerja dengan dilandasi pendidikan keahlian dikategorikan sebagai pekerja profesional. Guru yang profesional adalah guru yang bekerja dengan dilandasi pendidikan dan keahlian. Schein sebagaimana dikutip Pidarta menyebutkan ciri-ciri pekerja profesional adalah orang yang bekerja sepenuhnya dalam jam kerja, pilihan pekerjaannya didasarkan pada motivasi yang kuat, memiliki seperangkat pengetahuan, ilmu, dan keterampilan khusus yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang lama, membuat keputusan sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan atau menangani klien,menjadi anggota organisasi profesi, memiliki kekuatan dan status yang tinggi sebagai eksper dalam spesialisasinya, serta keahlian itu tidak boleh diadvetensikan untuk mencari klien.[15]
Samana menyimpulkan bahwa jabatan guru tergolong jabatan profesional karena memenuhi beberapa syarat. 1) Guru secara nyata (de facto) dituntut berkecakapan kerja (berkeahlian) sesuai tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatannya (cenderung ke spesialisasi). 2) Kecakapan atau keahlian guru bukan sekadar hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap yaitu melalui pendidikan prajabatan yang terprogram secara relevan serta berbobot, terselenggara secara efektif dan efisien, serta tolok ukur evaluatifnya terstandard. 3) Guru dituntut berwawasan sosial yang luas, bersikap positif terhadap jabatan dan perannya, dan bermotivasi serta berusaha untuk berkarya sebaik-baknya. 4) Guru mendapat pengesahan dari masyarakat atau negaranya.[16]
Upaya menciptakan suasana sekolah yang kondusifbagi guru untuk belajar bersama dengan sesama guru mengindikasikan pentingnya peningkatan profesionalisme guru melalui MGMP. Peningkatan profesionalisme guru tersebut dapat dikaji melalui proses pelatihan yang diselenggarakan oleh pengurus MGMP. Lynton dan Pareek memisahkan proses pelatihan bagi organisasi peserta dalam tiga tahap yaitu pra pelatihan, proses pelatihan, dan pasca pelatihan. Perhatian organisasi pada tahap pra pelatihan terletak pada empat bidang yaitu 1) menjelaskan sasaran pelatihan secara cermat dan tujuan yang diharapkan oleh organisasi dari peserta setelah pelatihan, 2) menyeleksi peserta yang cocok, 3) mengembangkan harapan dan motivasi yang menguntungkan pada peserta sebelum meeka melalui pelatihan, dan 4) merencanakan perubahan-perubahan dalam organisasi sehubungan dengan perbaikan yang diproyeksikan dalam penunaian tugas.[17]
Depdiknas merumuskan lima tujuan penyelenggaraan MGMP. Pertama, MGMP bertujuan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam berbagai hal, khususnya penguasaan substansi materi pembelajaran, penyusunan silabus, penyususnan bahan-bahan pembelajaran, strategi/metode pembelajaran, memaksimalkan pemakaian sarana/prasarana belajar, dan memanfaatkan sumber belajar. Kedua, MGMP bertujuan mengembangkan mutu profesionalisme guru sebagai pilar utama dalam manajemen kelas sehingga guru bangga terhadap profesinya. Ketiga, MGMP bertujuan untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif sehingga dapat menguasai materi pembelajaran dengan tuntas (mastery learning). Keempat, MGMP bertujuan menumbuhkembangkan budaya mutu melalui berbagai macam cara seperti diskusi, seminar, simposium, dan kegiatan keilmuan lain. Kelima, MGMP bertujuan ntuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning). Tahap kedua, pelatihan, berisi pengalaman guru bagi peserta. Selama peserta dalam proses mendapatkan pengalaman baru, organisasi tidak mungkin hanya menaruh perhatian pada hasil akhir pelatihan melainkan perlu menghilangkan kecemasan dan megkomunikasikan perhatiannya kepada peserta selama mengikuti pelatihan.pada tahap ketiga, pasca pelatihan, peserta didorong untuk menggunakan hal-hal bermanfaat yang telah dipelajarinya, membicarakan pengalaman pelatihan dengan koleganya, serta mengadakan perubahan denagn menggunakan hasil pelatihannya.[18]
Keefektifan MGMP sebagai salah satu faktor eksternal, dimungkinkan dapat meningkatkan profesionalisme guru. Peningkatan tersebut dapat dikaji dari ruang lingkup dan prinsip kerja MGMP, peran dan kolaborasi MGMP, fungsi MGMP dalam konteks manajemen sekolah, danmateri MGMP. Secara khusus, peningkatan profesionalisme tersebut dapat pula dikaji dalam agenda atau program MGMP.

F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif dipandang cocok untuk mengkaji permasalahan-permasalahan manajemen MGMP dan peningkatan profesionalisme guru. Dengan penelitian kualitatif, peneliti dapat memperoleh gambaran yang luas dan mendalam tentang fenomena-fenomena dan kenyataan-kenyataan yang relevan dengan objek penelitian. Data yang diperoleh peneliti lebih banyak bersifat deskriptif yang lebih banyak berupa kata-kata atau gambar daripada angka-angka.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah pengurus dan peserta pelatihan MGMP. Pengurus dan peserta pelatihan adalah anggota kelompok MGMP yang paling tahu tentang manajemen MGMP dan paling tahu tentang aktivitas-aktivitas dalam pelatihan yang dapat meningkatkan profesionalisme guru, dan sebagai key informan adalah ketua satu, is diharapkan paham terhadap aktivitas MGMP dari tahap pra pelatihan, proses pelatian, dan pasca pelatihan. Peneliti memasuki lapangan penelitian melalui key informan tersebut. Ketua satu merupakan orang yang diharapkan paling banyak memberi keterangan, atau orang yang menjadi sumber data dalam penelitian.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, peneliti merupakan instrumen penelitian yang utama.
[19] Interaksi antara peneliti dengan informan diharapkan akan memperoleh informasi yang mampu mengungkap permasalahan di lapangan secara lengkap dan tuntas. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Teknik Interview
Tenik interview adalah teknik atau metode pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang dilaksanakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penyelidikan.
[20] Jenis interview yang penulis gunakan di sini adalah interview bebas terpimpin, maksudnya, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sudah disiapkan terlebih dahulu. Teknik ini penulis gunakan untuk mengetahui secara mendalam persoalan-persoalan manajemen MGMP dan peningkatan profesionalisme guru PAI SMP.
b. Observasi
Teknik obsevasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.
[21] Peneliti mengobservasi objek-objek penelitian dengan menggunakan catatan-catatan lapangan, data-data tersebut dapat berupa data pelaksanaan manajemen ataupun data tentang peningkatan profesionalisme guru PAI SMP Kabupaten Cianjur.
Data yang sesuai dengan objek penelitian dapat diperoleh dalam masa pra pelatihan, proses pelatihan, dan pasca pelatihan. Data tersebut dapat berupa data pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen MGMP sebagai perencana, pengorganisasi, pemimpin, dan pengendali pelatihan yang diselenggarakan oleh MGMP. Data hasil observasi juga dapat berupa data tentang peningkatan profesionalisme guru PAI SMP Kabupaten Cianjur.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk menggali data yang tidak dapat diperoleh melalui wawancara dan observasi, karena dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.
[22] Teknik dokumentasi ini lebih diarahkan untuk mendata admiistrasi pelatihan dan produk-prodek yang dihasilkan dari pelatihan MGMP. Administrasi pelatihan MGMP lebih ditekankan terhadap konsep-konsep dalam pra pelatihan MGMP. Produk-produk yang didokumentasi lebih difokuskan pada produk yang mengindikasikan peningkatan profesionalisme guru PAI.

5. Teknik Analisis Data
Patton sebagaimana dikutip Lexi J. Moleong mendefinisikan analisis data sebagai suatu proses mengatur uruan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
[23] Pelaksanaan analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui kegiatan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Dengan teknik interview, observasi, dan dokumentasi, penelitian ini diprediksika akan mendapatkan data yang berypa catatan lapangan (field notes), transkrip wawancara, dokumen hasil kerja dan laporan, gambar, foto, dan biografi tentang pelatihan MGMP PAI SMP.
Setelah data terkumpul, dilakukan proses reduksi data. Reduksi data merupakan proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang didapatkan. Reduksi data akan dilaksanakan secara terus menerus dan segera setelah ada data yang terkumpul, baik dalam bentuk pembuatan ringkasan, pengkodean, peneusuran tema, maupun pengelompokan-pengelompokan dalam ggus-gugus.
Setelah data direduksi, akan dilakukan penyajian data dengan cara menggabung-gabungkan informasi hingga terbentuk satu kesatuan yang padu, sistematik, danmudah dipahami hubungan antara bagian-bagiannya. Penyajian dapat dilakukan dengan mengklasifikasikan data berdasarkan sub-sub tema.
Setelah data disajikan sesuai tema dan sub-sub tema, akan dilakukan penyimpulan data sesuai tema masing-masing. Penarikan kesimpulan dan verifikasi tidak terlepas dari fenomena yang ada dan pola-pola hubungan yang sebenarnya terjadi. Produk akhir dari penelitian ini adalah laporan hasil penelitian. Oleh karena itu, data yang terkumpul diorganisasikan secara sistematis dan logis agar data tersebut mudah dipahami dan lebih bermakna dalam penyusunan laporan.

G. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan dalam memahami permasalahan dan pembahasan masalah yang terdapat dalam tesis ini, maka perlu disusun sistematika pembahasan sebagai gambaran secara global tentang keseluruhan isi tesis ini, bahwa tesis ini terdiri dari 5 (lima) bab.
Bab I : Pendahuluan, pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II : Mendeskripsikan lokasi penelitian yang akan memberikan gambaran dan pengantar pembahasan berikutnya yang meliputi: letak geografis, sejarah berdirinya, struktur organisasi dan keanggotaan, program dan kegiatan MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur.
Bab III : Merupakan pembahasan tentang keefektifan MGMP dalam menigkatkan profesionalisme guru, meliputi: MGMP sebagai oranisasi, keefektifan MGMP, profesionalisme guru, peningkatan profesionalisme guru melalui MGMP.
Bab IV: Merupakan bab yang mendeskripsikan analisis hasil penelitian, meliputi: Manajemen MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur (penerapan fungsi-fungsi manajemen) dan peningkatan profesionalisme guru.
Bab V: Penutup, dalam bab ini memuat kesimpulan-kesimpulan dari penulisan tesis ini dan pada akhir tesis ini memuat saran-saran penulis terhadap pengelola MGMP PAI SMP, kata penutup penulis dan disertakan pula daftar pustaka, daftar riayat hidup penulis, serta lampiran-lampiran.

KERANGKA OUT LINE

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
D. Kajian Pustaka
E. Kerangka Teori
F. Metodologi Penelitian
G. Sistematika Pembahasan
BAB II: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis
B. Sejarah Berdirinya
C. Struktur Organisasi dan Keanggotaan MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur
BAB III: KEEFEKTIFAN MGMP DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU
A. MGMP Sebagai Organisasi
B. Keefektifan MGMP
C. Profesionalisme Guru
D. Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui MGMP
BAB IV: ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Manajemen MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur
1. Perencanaan Pelatihan MGMP
a. Penetapan Tujuan Pelatihan
b. Harapan hasil pelatihan
c. Perencanaan waktu dan jadwal pelatihan
d. Perencanaan tempat pelatihan
e. Perekrutan peserta pelatihan
f. Perencanaan materi pelatihan
g. Perencanaan narasumber pelatihan
h. Perencanaan pembiayaan pelatihan
2. Pengorganisasian Pelatihan
a. Pembagian tugas antar pengurus
b. Koordinasi internal
c. Koordinasi eksternal
3. Pelaksanaan Pelatihan
a. Pertemuan pertama
b. Pertemuan kedua
c. Pertemuan ketiga
d. Pertemuan keempat
e. Pertemuan kelima
f. Pertemuan keenam
g. Pertemuan ketujuh
4. Pengawasan Pelatihan
B. Peningkatan Profesionalisme Guru
1. Penguasaan Bahan Pembelajaran
2. Pengelolaan Program Belajar Mengajar
3. Pengelolaan Program Kelas
4. Penggunaan Media dan Sumber
5. Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar
6. Penilaian Prestasi Siswa
7. Penguasaan Penyelenggaraan Administrasi Sekolah
BAB V: PENUTUP
A. Kesimplan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998.

, , Pedoman Penyelenggaraa MGMP Seluruh Indonesia,(Jakarta: Dirjen Dikmenum, 1990.

Departemen Pendidikan Nasional, Manajemen PeningkatanMutu Berbasis Sekolah, jakarta, 2001.

, Revitalisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003.

Sutrisno Hadi, Sutriso, Metodologi Research II, Yogyakarta: Andi Ofset 1989.

Lynton & Pareek, Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Kerja, Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1992.

Mentri Pendidikan Nasional, Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Dharma Bhakti, 2003.

Moleong, Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

Pidarta, M. Landasan Kependidikan, Jakarta: Rineke Cipta, 1997.

Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia, Jakarta: PT. Grasindo, 2002.

Robbins, Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. Prenhallindo, 2001.

Samana, A. Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta: Kanisius, 1994.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), Bandung: Alfabeta, 2007.

Suparlan, Guru Sebagai Profesi, Yogyakarta: Hikayat, 2006.


Terry, Principles of management, United State of America: Richard D.Irwin, Inc, 1977.


KEEFEKTIFAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PAI SMP TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PAI KABUPATEN CIANJUR








PROPOSAL TESIS

Oleh:
YUNUS SUPARDI
NIM. 07.223.805





KONSENTRASI MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2008
[1] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm. 648.
[2] Mendiknas, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dharma Bhakti, 2003), hlm. 3.
[3] Departemen Pendidikan Nasional, Manajemen PeningkatanMutu Berbasis Sekolah, (jakarta, 2001), hlm. 1.
[4] Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), hlm. 384.
[5] Suparlan, Guru Sebagai Profesi, (Yogyakarta: Hikayat, 2006), hlm. 131.
[6] Depdiknas, Revitalisasi MGMP, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003), hlm. 2.
[7] Ketua MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur yang bertugas di SMP Persatuan Islam di Jl.Bypas, penulis telah mengadakan penelitian awal pada tanggal 11-12 April 2008.
[8] Anggota MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur yang bertugas di SMP-I Al-I'anah Cianjur dan menjadi kepala bidang kurikulum di tempat tugasnya.
[9] Depdikbud, Pedoman Penyelenggaraa MGMP Seluruh Indonesia, (Jakarta: Dirjen Dikmenum, 1990), hlm. 2.
[10] Magister Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Tesis disidangkan pada tanggal 01 Februari 2004.
[11] Magister Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Tesis disidangkan pada tanggal 01 Februari 2003.
[12] Robbins, Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2001), hlm. 3.
[13] Terry, Principles of management, (United State of America: Richard D.Irwin, Inc, 1977), hlm. 4.
[14] Pencanangan guru sebagai profesi ini disampaikan Presiden pada puncak acara peringatan Hari Guru Nasional XII pada tanggal 2 Desember 2004 di Istana Olah Raga Bung Karno, Senayan, Jakarta. Lihat Suparlan, Guru Sebagai Profesi, kata pengantar, (Yogyakarta: Hikayat, 2006),
[15] M. Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineke Cipta, 1997), hlm. 256.
[16] A. Samana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hlm. 27-28.
[17]Lynton & Pareek, Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Kerja, (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1992), hlm. 74-89.
[18] Departemen Pendidikan Nasional, Revitalisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), (Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003), hlm. 2-3.
[19] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 305.
[20] Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta: Andi Ofset 1989), hlm.202.
[21] Ibid., hlm. 36.
[22] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan..., hlm. 329.
[23] Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 103.

silabus

SILABUS

Nama Sekolah : MTs Negeri Batam
Mata Pelajaran : MATEMATIKA
Kelas/ semester : VII/ganjil
Standar kompetensi : Bilangan: Memahami dan dapat melakukan operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah

Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Alokasi
Waktu
Sumber/
alat
Penilaian

Teknik
Bentuk instrumen
Contoh instrumen

1.1. Melakukan operasi bilangan bulat dan pecahan
1.2. Menggunakan sifat-sifat bilangan bulat dalam pemecahan masalah
Bilangan Bulat
- Besaran yang menggunakan bilangan bulat





- Letak bilangan bulat pada garis bilangan
- Penghitungan bilangan bulat dalam suatu operasi campuran


· Menyebutkan beberapa bilangan bulat
· Mengidentifikasi besaran sehari-hari yang menggunakan bilangan bulat
· Membuat garis bilangan dan menentukan letak bilangan pada garis bilangan

· Memberikan contoh bilangan bulat
· Menyatakan sebuah besaran sehari-hari yang menggunakan bilangan bulat negatif
· Menentukan letak bilangan bulat
· Menyelesaikan + , - , x , : dan pangkat bilangan.
· Menentukan sifat-sifat perkalian dan pembagian bilangan bulat

2 x 40’













2 x 40’


- Buku teks siswa
- termo meter

Tertulis


Tertulis




Tertulis

Tertulis



Tertulis



Uraian


Uraian




Uraian

Uraian



Uraian

1. Sebutkan/ tulis anggota bilangan bulat.
2. Apakah arti -25° ; 30°?
3. Isikan lambang > ; <
a. -8 …..-2
b. -4 ….-10
4. Tentukan dengan garis bilangan
a. -4 + 2 =
b. 7 – 4 =
c. -5 – (-6) =
5.a. 23 x (-13) =
b. 180 : (-6) =
c. 80 x (24 – 9)



Mengetahui, Batam, 2007
Kepala MTs N Batam Guru Mata Pelajaran


Drs. J U R E M I
NIP.150280884

SILABUS


Nama Sekolah : SMP/MTs
Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
KelasSemester : VII/1
Standar Kompetensi : Mempraktekkan berbagai teknik dasar permainan dan olahraga, serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajarab
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/
Bahan/
Alat
1.1 Mempraktekkan variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar lanjutan dengan koordinasi yang baik serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan **)
Permainan Sepakbola
· Menendang bola dengan kaki bagian dalam, luar dan punggung kaki, secara berpasangan berkelompok dengan jarak + 6 - 7 m
· Melakukan koordinasi gerakan dengan teman satu tim
· Bermain sepakbola menggunakan 3-4 gawang kecil pada ukuran lapangan basket/voli dengan jumlah pemain 6 - 8 regu perkelompok

· Menendang dan menghentikan bola dengan kontrol yang baik
· Mengkoordinasikan gerakan dengan teman satu tim
· Bermain sepakbola dengan peraturan yang dimodifikasi

· Tes (Praktek)
· Non Tes (pengamatan)

12 x 40
menit

· Media cetak
· Media
· elektronik
· Lingkungan
· Bola kaki
· Tiang pancang


Mengetahui, Batam, 2007
Kepala MTs N Batam Guru Mata Pelajaran


Drs. J U R E M I
NIP.150280884
Silabus

Nama Sekolah : MTs Negeri Batam
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas/Semester : VII/1

Tujuan: Siswa dapat berkomunikasi secara lisan dan tulis dalam bahasa Inggris dalam wacana transaksional dan interpersonal dalam
konteks kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan lingkungan terdekat siswa.

Tema
Standar Kompetensi/ Kompetensi Dasar
Sub-Tema
Indikator
Kegiatan Pembeelajaran
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber/Bahan/Alat
My Family
Listening-Speaking
Siswa dapat berinteraksi secara interpersonal sangat sederhana dengan lingkungan terdekat, terutama dalam
- Perkenalan diri/orang lain
- sapaan
- ucapan terima kasih
- permintaan maaf

Family life

Siswa terbiasa menyapa orang lain dengan ungkapan yang benar dalam bahasa Inggris sesuai dengan waktu dan orang yang diajak bicara.

Siswa membiasakan diri untuk berinteraksi dalam hal perkenalan, sapaan, ucapan terima kasih dan permintaan maaf dalam konteks kehidupan nyata, terutama di lingkungan sekolah, dengan guru dan teman.

Penilaian otentik dengan unjuk kerja (performance)
10 jam pelajaran (belum termasuk untuk terstruktur dan mandiri)
Contoh-contoh teks yang sesuai (lisan dan tulis), termasuk yang diucapkan oleh guru secara rutin atau yang diambil dari buku teks atau seumber-sumber lain.



Identity

Siswa dapat menyebutkan anggota keluarga inti dan terdekat.




Orang, dan alat bantu belajar yang sesuai yang terdapat di lingkungan hidup siswa (termasuk di rumahnya). Jika ada, tayangan atau rekaman elektronik di TV, kaset, audio/visual, dsb.



Mengetahui Batam, 2007
Kepala MTs N Batam Guru Mata Pelajaran


Drs. J U R E M I
NIP.150280884
SILABUS

Nama Sekolah : MTs Negeri Batam
Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
Kelas Semester : VII / I
Standar Kompetensi : Mempraktekkan berbagai teknik dasar permainan dan olahraga, serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pengalaman Belajar
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/
Bahan/
Alat
1.1 Mempraktekkan variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar lanjutan dengan koordinasi yang baik serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan **)
Permainan Sepakbola
· Menendang bola dengan kaki bagian dalam, luar dan punggung kaki, secara berpasangan berkelompok dengan jarak + 6 - 7 m
· Melakukan koordinasi gerakan dengan teman satu tim
· Bermain sepakbola menggunakan 3-4 gawang kecil pada ukuran lapangan basket/voli dengan jumlah pemain 6 - 8 regu perkelompok

· Menendang dan menghentikan bola dengan kontrol yang baik
· Mengkoordinasikan gerakan dengan teman satu tim
· Bermain sepakbola dengan peraturan yang dimodifikasi

· Tes (Praktek)
· Non Tes (pengamatan)

12 x 40
menit

· Media cetak
· Media
· elektronik
· Lingkungan
· Bola kaki
· Tiang pancang


Mengetahui, Batam, 2007
Kepala MTs N Batam Guru Mata Pelajaran


Drs. J U R E M I
NIP.150280884



SILABUS


SATUAN PENDIDIKAN : Sekolah Menengah Pertama
MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
KELAS : VII/1
TAHUN PELAJARAN : 2006/2007

Standar Kompetensi : 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan


No.

Kompetensi Dasar

Indikator

Materi Pokok

Kegiatan Pembelajaran

Alokasi Waktu

Sumber/
alat belajar
Penilaian
Jenis tagihan
Teknik
Bentuk instrumen
Soal
1.3
Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
§Melakukan pengu-kuran massa,
§panjang, waktu, de-ngan menggunakan alat ukur yang sesuai.
§Memperhatikan keselamatan kerja dalam pengukuran
Pengukuran
§ Mengukur panjang meja dengan menggunakan mistar.
§ Mengukur massa buku dengan menggunakan neraca.
§ Mengukur lamanya waktu berlari sejauh 20 m.
§ Mengukur diameter lubang pipa dengan menggunakan jangka sorong
3 x 40’
§ Buku paket fisika kelas VII
§ Laboratorium
§ Pesona fisika
- non tes
- tes
Praktikum
Kuis
- Laporan hasil praktik
- Soal kuis
(terlampir)


Mengetahui, Batam, 2007
Kepala MTs N Batam Guru Mata Pelajaran


Drs. J U R E M I
NIP.150280884
SILABUS

Nama Sekolah : MTs Negeri Batam
Mata Pelajaran : Seni dan Budaya
Kelas/Semester : VII/I

Standar Kompetensi : Mengekspresikan diri Melalui Karya Seni Rupa

Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajar
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/Bahan/
Alat







2.1 Menggambar bentuk dengan objek karya seni rupa terapan tiga dimensi dari daerah setempat
Hasil gambar bentuk 3 dimensi
- Menyiapkan alat dan bahan berkarya seni rupa 3 dimensi
Membuat daftar kebutuhan alat dan bahan
Tes penugasan
2 x 45
- Buku seni rupa yang terkait


- Membuat sketsa gambar bentuk 3 dimensi yang dipilih
Membuat sketsa


- Contoh-contoh gambar bentuk


- Menebalkan memperjelas sketsa
Menggambar bentuk sesuai dengan objek yang dipilih


- Alat bahan



- Membuat bayangan gambar bentuk



- Radio tape dan kaset









Mengetahui, Batam, 2007
Kepala MTs N Batam Guru Mata Pelajaran


Drs. J U R E M I
NIP.150280884

silabus agama

SILABUS
Sekolah
: MTs NEGERI BATAM
Kelas/Semester
: VII/1
Mata Pelajaran
: AL-QURAN HADITS
Tahun Pembelajaran
: 2007 / 2007
Standar Kompetensi
: Memahami ayat Al-Quran tentang semangat keilmuan
KOMPETENSI DASAR
MATERI
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
PENILAIAN
Alokasi Waktu
SUMBER BELAJAR
Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menjelaskan Ayat Al-Quran tentang semangat keilmuan
Al-Quran Surat Al-Mujadalah ayat 11
* Pembahasan Materi
1. Membaca Al-Quran
Tes
Praktek
1. Bacakan Q.S Al-Mujada
2x40
* Al-Quran terjemah
S. Al-Mujadalah: 11
lisan
membaca
lah: 11 !


* Membaca Al-Quran


Al-Quran


* Buku pokok
2. Menyalin Q.S Al-Mu
Tes

2. Salinlah Q.S Al-Mujada
2x40



dalah: 11 dengan ba
tulisan

lah: 11 !

* LKS


ik dan benar















3. Menerjemahkan Muf
Tes
Hafalan
3. Terjemahkan Q.S Al-Mu
4x40




radat Q.S. Al-Mujada
lisan

jadalah: 11 dengan muf





lah: 11 dengan benar


radat !














4. Menerjemahkan Q.S
Tes
Hafalan
4. Terjemahkan Q.S Al-Mu
2x40




Al-Mujadalah: 11 de
lisan

jadalah: 11 !





ngan baik dan benar

















5. Menyebutkan etika
Tes
Uraian
5. Jelaskan etika etika da





dalam majelis
lisan

lam majelis !














6. Menjelaskan hubu
Tes
Uraian
6. Coba sebutkan hubu





ngan antara iman de
lisan

ngan iman dengan ilmu !





ngan ilmu

















7. Menganalisis manfa
Tes
Uraian
7. Apa manfaat beriman
2x40




at beriman dan beril
tulisan

dan berilmu ?





mu





Mengetahui
Batam,
Kepala MTs N Batam
Guru Mata Pelajaran
Drs. J U R E M I
NIP. 150280884
SILABUS
Sekolah
: MTs NEGERI BATAM
Kelas/Semester
: VII/1
Mata Pelajaran
: AQIDAH AKHLAK
Tahun Pembelajaran
: 2007 / 2007
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat wajib bagi Allah, mustahil dan sifat jaiz
KOMPETENSI DASAR
MATERI
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
PENILAIAN
Alokasi Waktu
SUMBER BELAJAR
Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menjelaskan tentang sifat-sifat wajib mustahil dan jaiz bagi Allah
*Sifat-safat Allah
* Siswa membaca ma
1. Menyebutkan pengerti
Tes
Hafalan
1. Bentuk uraian
2x40
* Aqidah akhla

teri yang berkaitan
an sifat-sifat wajib, mus
tertlis



membangun priba

dengan sifat-sifat
tahil dan jaiz bagi Allah




di Islam


Allah





















* Buku pokok

















* LKS Arafat





















































































































Mengetahui
Batam,
Kepala MTs N Batam
Guru Mata Pelajaran
Drs. J U R E M I
NIP. 150280884
SILABUS
Sekolah
: MTs NEGERI BATAM
Kelas/Semester
: VII/1
Mata Pelajaran
: SKI
Tahun Pembelajaran
: 2007 / 2007
Standar Kompetensi
: Memahami dan mengerti sejarah pembentukan dinasti Bani Umayyah
KOMPETENSI DASAR
MATERI
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
PENILAIAN
Alokasi Waktu
SUMBER BELAJAR
Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menjelaskan latar belakang terbentuknya dinasti Umayyah
Dinasti bani
* Keg.Awal Apersepsi
1. Menjelaskan sebab-se
Tes
Pertanyaan
1. Sebutkan pendiri dinasti
4x40'
Buku paket
umayyah (661 -

bab terbentuknya pe
lisan
dan jawab
bani Umayah ? Muawiyah


750 M )
* Keg.Inti Pelaksanaan
merintahan bani

an lisan


Buku-buku yang se


KBM/Pembahasan
Umayyah


2. Perang apa yang melibat

suai dengan materi


materi



kan Muawiyah dengan




2. Membandingkan gaya
Tes

khalifah Ali bin Abi Tha

LKS


* Keg.Akhir Evaluasi
kepemimpinan Muawi
tulisan

lib ? P.Shiffin




dan penutup
yah dengan kepemim








pinan sebelumnya


3. Khalifah bani Umayah se








luruhnya berjumlah ….





3. Menyebutkan nama-


a. 12 Orang





nama khilafah bani


b. 13 Orang





Umayyah


c. 14 Orang








d. 15 Orang




























































































Mengetahui
Batam,
Kepala MTs N Batam
Guru Mata Pelajaran
Drs. J U R E M I
NIP. 150280884
SILABUS
Sekolah
: MTs NEGERI BATAM
Kelas/Semester
: VII/1
Mata Pelajaran
: FIQIH
Tahun Pembelajaran
: 2007 / 2007
Standar Kompetensi
: Membiasakan bersuci (thaharah) dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tuntunan Rasul
KOMPETENSI DASAR
MATERI
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
PENILAIAN
Alokasi Waktu
SUMBER BELAJAR
Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menjelaskan ketentuan-ketentuan bersuci
Pengertian hadas
Mengklasifikasikan an
1. Menjelaskan pengertian
Tes
Jawaban
1. Apa pengertian hadas, na
2x40'
Buku paket Fiqih
najis dan kotoran
tara hadas, najis dan
hadas, najis dan koto
lisan
singkat
jis dan kotoran ?

kelas VII
serta dalilnya
kotoran
ran




Alquran terjemahan






2. Sebutkan 2 macam hadas

buku-buku yang re

*Macam-macam
Mengidentifikasikan
2. Menjelaskan macam-




lefan

hasat dan najis
contoh hadas, najis
macam hadas dan najis


3. Apa perbedaan hadas, na



dan kotoran



jis dan kotoran ?



* Perbedaan ha

3. Mampu membedakan






das, najis dan
Dalil tentang kebersih
hadas, najis dan koto


4. Sebutkan alat-alat yang



kotoran serta
an (bersuci)
ran


digunakan untuk bersuci!








a. 12 Orang





4. Menjelaskan macam-


b. 13 Orang





macam alat yang digu


c. 14 Orang





nakan untuk bersuci


d. 15 Orang










































































Mengetahui
Batam,
Kepala MTs N Batam
Guru Mata Pelajaran
Drs. J U R E M I
NIP. 150280884

qolb




kritik matan hadis ibnu majah 1976

KRITIK MATAN



Hadis yang diriwayatkan oleh periwayat yang tsiqah-pun dapat terjadi perbedaan lafaz matan, disinilah kritik matan diperlukan.


Matan menurut bahasa berasal dari bahasa Arab متن yang artinya punggung jalan (muka jalan), yanah yang tinggi dan keras.[1] Menurut ilmu hadis matan adalah penghujung sanad, yakni ucapan, perbuatandan ketentuan Nabi Muhammad saw., yang disebut sesudah habis disebutkan sanadnya.[2] Matan disebut juga dengan isi hadis.
Sedangkan kriteria kesahihan matan hadis menurut muhaddisin tampak beragam. Perbedaan tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan latar belakang, keahlian alat bantu serta konteks keadaan yang dihadapi oleh mereka. Al-Khatib Al-Bagdadi (w.463 H/1072 M), Ibnu Al-Jawzi (w. 597 H/1210 M) dan Salah Al-Din Al-Adabi adalah diantara ulama yang memberikan kritera kesahihan matan hadis. Dari pendapat-pendapat yang berkembang bisa disimpulkan tentang kriteria yang diajukan:
a. Sanadnya sahih
b. Tidak bertentangan dengan hadis mutawatir dan hadis ahad yang sahih
c. Tidak bertentangan dengan petunjuk Al-Qur’an
d. Sejalan dengan alur akal sehat
e. Tidak bertentangan dengansejarah
f. Susunan pernyataannya menunjukan ciri-ciri kenabian



Kritik Matan Hadis
سنن ابن ماجه رقم 1976
كتاب : النكاح باب : ضرب النساء



حدّثنامحمّدبن يحي والحسن بن مدرك الطّحّان قالاحدّثنا يحي بن حمّادحدثّنا ابوعوانة عن داود بن عبدالله الاوديّ عن عبدالرّحمن المسليّ عن العشعث بن قيس قال:ضفت عمرليلة فلمّا كان في جوف اللّيل قام الى امراته يضربها فحجزت بينهما فلمّااوى الى فراشه قال لي يا اشعث احفظ عنّي شيئاسمعته عن رّسول الله صلّى الله عليه وسلّم لايسال الرّجل فيما يضرب امراته ....


“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya dan hasan bin Mudrik Attohani, keduanya berkata: “Telah menceritaka kepada kami Yahya bin Hammad, telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah dari Daud bin “Abdullah Al-Audiyyi dari ‘Abdurrahman Al musliyyi dari Asy’as bin Qois ia berkata: “Suatu malam saya bertamu kepada ‘Umar, ketika tengah malam dia mendatangi isterinya lalu memukulnya, maka saya melerai antara keduanya, maka ketika ‘Umar hendak pergi ke tempat tidurnya, ia berkata kepadaku: “Wahai Asy’As camkanlah dariku sesuatu yang aku mendengar dari Rasulullah saw. Seseorang tidak akan diminta pertanggungjawaban karena memukul isterinya………..”









1. Rangkaian Sanad


سمعت
رسول الله صلعم



عمر بن الخطاب
سمعت
اشعث بن قيس
عن
عبدالرحمن
عن
داود
عن
وضاح
حدثنا


يحي بن حماد عبدالرحمن
حدثنا

محمدبن يحي الحسن بن مدرك محمد بن خالد
حدثنا
ابن ماجه



Rangkaian sanad jalur Muhammad bin Yahya



رسول الله صلّى الله عليه وسلّم
سمعت

عمر بن الخطاب بن نفيل (صحابه)
سمعت
اشعث بن قيس بن معدي كرب (صحابه)
عن
عبدالرحمن (مقبول)
عن
داود بن عبدالله (ثقةاومتقن اوعدل)
عن
وضاح بن عبدالله مولي يزيدبن عطاء (ثقة ثقة اوثقة حافظ)
حدثنا
يحي بن حماد بن ابي زياد (ثقةاومتقن اوعدل)
حدثنا
محمدبن يحي بن عبدالله بن خالد بن فارس بن ذؤيب (ثقة ثقة اوثقة حافظ)
حد ثنا
ابن ماجه



Hadis di atas telah memenuhi kriteria kesahihan sanad, baik dilihat dari ketersambungan sanad maupun dari segi kapasitas dan kualitas perawi.Dengan adanya jalur pendukung, maa sanad hadis tersebut semakin baik dan kuat Singkatnya kedudukan Hadis ini Marfu’, tersambung sanadnya dan muttashil

2. Takhrij Dengan Hadis Yang Semakna
Langkah selanjutnya adalah mencari hadis yang terjalin dalam tema yang sama untuk disandingkan kepada hadis sebelumnya. Hadis yang terjalin dalam tema yang sama dengan Hadis Kitab Sunan Ibn Majah no 1976 adalah hadis yang terdapat dalam Kitab Sunan Abu Daud no 1835, karena memiliki tingkat kualitas sanad yang sama. Di samping itu terdapat ciri-ciri sebagai berikut:
Mempunyai sumber sanad yang sama yakni ‘Umar bin Al-Khatab
Mengandung makna yang sama yakni Kitab Nikah
Mempunyai tema yang sama
سنن ابو داود رقم 1835
كتاب : النكاح باب : ضرب النساء


حدّثنازهيربن حرب حدثّناعبدالرّحمن مهديّ حدثّنا ابوعوانة عن داود بن عبدالله الاوديّ عن عبدالرّحمن المسليّ عن الاشعث بن قيس عن عمربن الخطاب عن النّبي صلّى الله عليه وسلّم :لايسال الرّجل فيما ضرب امراته

“Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman Mahdiyyi, telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah dari Daud bin “Abdullah Al-Audiyyi dari ‘Abdurrahman Al musliyyi dari Asy’as bin Qois, dari ‘Umar bin Khattab dari Nabi saw.ia berkata: “ Seseorang tidak akan diminta pertanggungjawaban karena memukul isterinya………..”



Rangkaian sanad
عن
عن
عن
رسول الله صلعم


عمر بن الخطاب


اشعث بن قيس


عبدالرحمن المسليّ
عن
حدثنا
حدثنا
حدثنا
عن

داود

ابو عوانة


عبدالرحمن مهدي


زهير بن حرب



ابو داود

Hadis di atas juga telah memenuhi kriteria kesahihan sanad, baik dari ketersambungan sanad maupun dari segi kapasitas dan kualitas perawinya. Singkatnya kedudukan hadis di atas adalah Marfu’,muttashil dengan sanad wahid

3. Penelitian Matan Hadis dengan Pendekatan Hadis Soheh
Selain membandingkan Hadis yang mempunyai sanad yang sama dalam melakukan kritik matan, juga membandingkan hadis-hadis yang satu tema namun berbeda sanadnya. Berikut akan dibandingkan dua hadis yang berbeda sanadnya yang berisi tentang larangan memukul istri.
صحيح مسليم رقم 4286
كتاب : فضاءل باب : تبسمه وحسن عشرته

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَمْعَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَجْلِدُ أَحَدُكُمْ امْرَأَتَهُ جَلْدَ الْعَبْدِ ثُمَّ يُجَامِعُهَا فِي آخِرِ الْيَوْمِ

صحيح البخاري رقم 4805
كتاب : النكاح باب : ما يكره من ضرب النساء


حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ قَالَ قُلْتُ لِجَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ أَكُنْتَ تُجَالِسُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ كَثِيرًا كَانَ لَا يَقُومُ مِنْ مُصَلَّاهُ الَّذِي يُصَلِّي فِيهِ الصُّبْحَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَإِذَا طَلَعَتْ قَامَ وَكَانُوا يَتَحَدَّثُونَ فَيَأْخُذُونَ فِي أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ فَيَضْحَكُونَ وَيَتَبَسَّمُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

4. Studi Matan
a. Aspek Bahasa :
Perbedaan lafaz pada matan hadis yang semakna ialah karena dalam periwayatan hadis telah terjadi periwayatan secara makna (al-riwayah bi al-ma’na). menurut muhaddisin, perbedaan lafaz yang tidak mengakibatkan perbedaan makna, dapat ditoleransi asalkan sanadnya sama-sama sahih.
Dari aspek bahasa, kedua hadis tersebut di atas tidak ada perbedaan makna, dan dari aspek redaksi atau lafaz perbedaan itu hanya terletak pada kata ضرب dengan يضرب karena perbedaan konteks waktu, namun secara mendasar kedua hadis tersebut semakna sama-sama memberikan legitimasi seorang suami untuk melakukan teguran berupa “pemukulan” terhadap isterinya. Maka tidak ada qishas terhadap perbuatan suaminya tersebut.

b. Syarah
شرح سنن ابي داود
قوله (ضبت) اي نزلت ضيفا عنده (فيم يضرب امراته) قيل هو عبارةعن النشوز اي لاتسال الرجل رجل ولاتعاتبه فيه لكن اذاراعى شرائطه وحده قلت ويحتمل ان يكون استفهاميه والمعنى لايقال للرجل في اي شيء ضرب امراته فقديكون لايحسن ذكره قوله ....

Perkataannya ((ضبت, yaitu saya berkunjung/ bertamu kepadanya. (فيم يضرب امراته ) dikatakan ini adalah sebagai gambaran tentang Nusyuz, yaitu seseoang tidak diminta pertanggungjawaban dan tidak ditegur/dicela tentangnya,dengan ketentuan apabila ia memelihara syarat-syaratnya atau batasan-batasannya. Menurutku (As-Sindy) boleh jadi keadaannya Istifhamiyah, dan maknanya adalah tidak perlu dikatakan bagi seseorang pada bagian mana ia memukul isterinya, maka keadaannya kadang-kadang tidak baik untuk disebutkan …..

Menjadi jelaslah bahwa kehalalan pemukulan seorang suami kepada isterinya merupakan suatu metode terakhir/pamungkas dalam memberikan nasehat dan pelajaran dengan memelihara syarat dan ketentuannya.

Dengan pendekatan Al-Qur’an
Penelitian matan dengan pendekatan Al-Qur’an dilatarbelakangi oleh pemahaman bahwa Al-Qur’an adalah sebagai sumber pertama dan utama dalam Islam untuk melaksnakan begbagai ajaran, baik yang ushul maupun yang furu’ , maka Al-Qur’an haruslah berfungsi sebagai penentu hadis yang dapat diterima dan bukan sebaliknya. Hadis yang tidak sejalan dengan Al-Qur’an haruslah ditinggalkan sekalipun sanadnya sahih.
Hadis yang dapat dibandingkan dengan Al-Qur’an hanyalah hadis yang sudah dipastikan kesahihannya, baik dari segi sanad maupun dari segi matannya.
Hadis tentang legitimasi sikap seorang suami yang memukul isterinya sebagai metode dalam mendidik isteri yang bersikap nusyuz juga terdapat Al-Qur’an. [3]
الرّجال قوّمون على النّساء بما فضّل الله بعضهم على بعض وبما انفقوا من اموالهم فالصّلحت قنتت حفظت للغيب بما حفظ الله والّتي تخافون نشوزهنّ فعظوهنّ واهجروهنّ فى المضاجع واضربوهنّ فان اطعنكم فلاتبغوا عليهن سبيلا انّ الله كان عليّا كبيرا
“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki0laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka, sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri[4] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).[5] Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya,[6]Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.[7] Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Maha Besar.”

Asbabun Nuzul
1. Adapun Asbabun Nuzul dari Q.S An-Nisa ayat 34 ini adalah suatu riwayat yang dikemukakan bahwa ada seorang wanita mengadu kepada Nabi saw.karena telah ditampar oleh suaminya. Bersabda Rasulullah saw: “Dia mesti di qishas (dibalas)”. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Q.S 4 ayat 34)sebagai ketentuan mendidik isteri yang menyeleweng. Setelah mendengar penjelasan ayat tersebut pulanglah ia dengan tidak melaksanakan qishas.[8]
2. riwayat lain menceritakan bahwa ada seorang isteri yang mengadu kepada Rasulullah saw.karena ditampar oleh suaminya (golongan anshar) dan menuntut qishas (balas). Nabi saw mengabulkan tuntutan itu. Maka turunlah ayat “wala ta’jal bil qur’ani min qobli an yuqdla ilaika wahyuhu”. (Q.S. 20: 144) sebagai teguran kepadanya dan ayat tersebut di atas (Q.S. 4: 34) sebagai ketentuan hak suami di dalam mendidik isterinya.[9]
3. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa seorang anshar menghadap Rasulullah saw.bersama isterinya. Isterinya berkata: “Ya Rasulallah, ia telah memukul saya sehingga berbekas di mukaku”. Maka sabda Rasulullah saw: “Tidaklah berhak ia berbuat demikian”. Maka turunlah ayat tesebut di atas ( Q.S. 4: 34) sebagai ketentuan cara mendidik.[10]
Jelaslah bahwa seorang suami dibolehkan melakukan pemukulan terhadap isterinya karena alasan nusyuz. Pemukulan ini harus memenuhi syarta dan ketentuan sebagai berikut:
1. Ketika seorang isteri bersikap nusyuz maka tetap pendekatan dan metode pertama yang harus dilakukan suami adalah dengan musyawarah, saling menasehati dengan ucapan-ucapan terbaik dan keteladanan dengan niat yang lurus karena Allah.hal ini difirmankan Allah:[11]
ادع الى سبيل ربّك بالحكمة والموعظةالحسنة وجدلهم بالّتي هي احسن انّ ربّك هو اعلم بالمهتدين
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Sikap santun harus menjadi dasar utama dalam menasehati seorang isteri yang dgambarkan oleh Nabi saw.
عن ابي هريرةعن النبي صلعم قال ....واستوصوابالنساءخيرا فانهن خلقن من ضلع فان اعوج شيء من الضلع اًعلاه اَذاذهبت تقيمه كسرته وان تركته لم يزل اًعوج, واستوصو بالنساء خيرا.متفق عليه.[12]
Gambaran Nabi saw tentang wanita yang diibaratkan sebagai tulang rusuk yang bengkok merupakan simbol dari karakteristik wanita yang lebih emosional, siapa yang ingin meluruskannya maka haruslah dengan kesabaran dan perlahan-lahan, meluruskannya dengan paksa maka tulang akan patah namun bila dibiarkan maka tulang akan tetap bengkok.
Rasulullah saw adalah teladan bagi kita semua, sungguh indah jika suami tidak pernah memukul isterinya.
عن عا ءشه رضي الله عنها انها قالت ما ضرب رسول الله صلى الله عليه وسلم بيده امراة .......(رواه ابن ساعد)
‘Aisyah r.a telah menceritakan bawa Rasulullah saw tidak pernah memukul seorang wanita…..[13]
Setiap suami hendaknya bersikap sabar dalam memperbaiki isteri dan keluarganya, tidak putus asa dalam menghadapi berbagai persoalan, dan mengupayakan agar kehidupan rumah tangganya diwarnai nuansa kebahagiaan.
(H.R. Bukhori 4805 Bab Nikah
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَمْعَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَجْلِدُ أَحَدُكُمْ امْرَأَتَهُ جَلْدَ الْعَبْدِ ثُمَّ يُجَامِعُهَا فِي آخِرِ الْيَوْمِ
Hadis ini melarang kepada suami untuk memukul isterinya seperti memukul hamba sahaya, yang ketika malam tiba isterinya digauli juga. Hadis ini tidak bertentangan dengan hadis-hadis di atas, justru hadis ini memberikan aturan dalam memukul istri, bukan dengan niat menyakiti seperti ketika memukul budak, tetapi harus dengan niat kasih sayang dan tidak ada tendensi untuk menyakiti.

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ قَالَ قُلْتُ لِجَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ أَكُنْتَ تُجَالِسُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ كَثِيرًا كَانَ لَا يَقُومُ مِنْ مُصَلَّاهُ الَّذِي يُصَلِّي فِيهِ الصُّبْحَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَإِذَا طَلَعَتْ قَامَ وَكَانُوا يَتَحَدَّثُونَ فَيَأْخُذُونَ فِي أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ فَيَضْحَكُونَ وَيَتَبَسَّمُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Hadis ini mengisaratkan kepada kita bahwa kekerasan telah menjadi bagian dalam kehidupan Arab sebelum Islam dating, begitupun dengan memukul isteri telah menjadi budaya dan kebiasaan orang-orang Arab. Setelah datang Islam, Islam sedikit demi sedikit telah mengikis budaya kekerasan ini khususnya kepada isteri, Islam merubahnya dengan proses sedemikian rupa sehingga tidak dianggapnya sebagai sesuatu yang memberatkan. Apabila pada masa jahiliyah, kekerasan dianggap yang awal dilakukan ketika ada ketidaksukaan kepada isteri, namun Islam datang dengan mengajarkan bahwa pemukulan boleh dilakukan setelah proses nasehat dan pisahranjang, Islam ingin menyampaikan sesuatu bahwa kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah, kekerasan bukan jalan terbaik dalam menyelesaikan masalah, dan kekerasan adalah akhir dari cara untuk menasehati isteri dengan cara yang tidak menyakitkan.
Ketika cara yang pertama seorang isteri tidak mengindahkan lagi, atau mengindahkan sesaat dan kembali melakukan nusyuz berulang-ulang kali maka cara selanjutnya adalah dengan memisahkan isteri dari tempat tidurnya. Mengenai hal ini Ibnu Hazim berkata: “Pisah ranjang itu pasti akan menimbulkan perasaan rindu.” Dan saat itulah diharapkan dari isteri ada introspeksi diri atas segala sikapnya. Pisah ranjang ini sekaligus menjadi momen berharga untuk saling mengkur kesabaran karena kesengsaraan hidup adalah ketika kita harus berpisah dengan yang dikasihi, maka akan terasa lebih bahagia saat bertemu setelah sekian lama berpisah.
Sebagai cara atau metode terakhir yang bisa dilakukan oleh seorang suami terhadap isterinya yang bersikap nusyuz setelah cara pertama dan kedua tidak membuat perubahan sikap isteri adalah berupa pemukulan. Islam sangat menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan, namun Islam tidak memanjakan mereka. Islam juga agama yang tegas. Maka pemukulan ini merupakan bentuk sikap tegas bukan kasar dari seorang pimpinan rumah tangga, dengan memperhatikan batasan-batasan yang telah dibuat, seperti; tidak boleh dengan niat menyakiti sehingga kekuatan pukulan pun harus dijaga, luruskan niat karena Allah, untuk mendidik bukan menyakiti. Kemudian batasan yang harus dijaga oleh suami adalah tidak memukul bagian muka. Hal ini sesuai dengan sabda Rasullulh saw. [14]

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ أَخْبَرَنَا أَبُو قَزَعَةَ الْبَاهِلِيُّ عَنْ حَكِيمِ بْنِ مُعَاوِيَةَ الْقُشَيْرِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا حَقُّ زَوْجَةِ أَحَدِنَا عَلَيْهِ قَالَ أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ وَتَكْسُوَهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ أَوْ اكْتَسَبْتَ وَلَا تَضْرِبْ الْوَجْهَ وَلَا تُقَبِّحْ وَلَا تَهْجُرْ إِلَّا فِي الْبَيْتِ قَالَ أَبُو دَاوُد وَلَا تُقَبِّحْ أَنْ تَقُولَ قَبَّحَكِ اللَّهُ

Hadis ini mengatur tentang kewajiban seorang suami kepada isterinya, dan diantaranya adalah jangan memukul muka.

“Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya”. Inilah sepenggal ayat Allah yang memberitakan bahwa ketika seorang isteri yang bersikap nusyuz, kemudian seorang suami menasehati dengan lemah lembut lalu si isteri mentaatinya, maka tidaklah berhak seorang suami memisahkan tempat tidurnya apalagi bersikap tegas dengan memukul.

Maqoshidul Lafdzi
Kekerasan merupakan bagian kehidupan masyarakat jahiliyah termasuk dalam berumah tangga, dan bagaimana kekerasan telah menjadi cara pertama dan disenangi dalam menyelesaikan masalah rumah tangganya.
Islam dating dan memperbaiki cara ini, Islammengajarkan bahwa kekerasan bukan jalan utama dan terbaik dalam menyelesaikan masalah rumah tangga, ada cara-cara lebih indah dan utama selain kekerasan.
“Memukul” dalam hadis ini sebagai sikap ketegasan dari seorang suami yang telah Allah jadikan pemimpn bagi isteri dan keluarganya, bagaimana bisa ketika sebuah keluarga dipimpin oleh seorang suami yang tidak tegas dan berani ketika isteri atau salah satu anggota keluarganya bersikap menentang syari’at, ketika rumah tangga ada gejolak, badai menerjang dan sikap-sikap jelek mulai nampak, maka sebuah sikap harus dikedepankan daripada sikap-sikap yang lain, yaitu “tegas”.
Jadi ide moral yang ingin disampaikan dalam kitab hadis Sunan Ibnu Majah no 1976 adalah sikap tegas yang harus dimiliki oleh seorang suami. Tegas tidak harus memukul apalagi ketika kita hidup dilingkungan dimana dilarang untuk memukul isteri seperti di Indonesia, karena di Indonesia memukul isteri termasuk dalam kekerasan rumah tangga dan merupakan tindakan pidana dengan hukuman penjara. Pemukulan dalam hal ini pun tidak dimaksudkan hanya memukul fisik saja, namun memukul hati dan perasaan pun bisa, misalnya dengan ancaman-ancaman Agama tentang akibat dari sikap yang dilakukan, ataupun dengan ancaman ­talak.
Wallahu a’lam bisshawab
[1] Ibn Manzur, Lisan Al-‘Arab Juz III, hlm. 434-435
[2] Muhammad Tahir Al-Jawabi, Juhud Al-Muhadditsin fi Naqd Matn al-Hadis al-Nabawi al-Syarif (Tunis: Mussat A. al-Karim ibn Abdullah, hlm. 88-89
[3] Lihat Qur’an, Surat An-Nisa ayat 34
[4] Maksudnya: tidak berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya.
[5] Maksudya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik sesuai dengan hak dan kewajibannya
[6] Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri, nusyuz dari pahak istri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.
[7] Maksudnya untuk memberi pelajaran kepada istri yang dikhawatirkan perkembangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. Bila cara pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.
[8] Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hati yang bersumber dari al-Hasan
[9] Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari beberapa jalan yang bersumber dari al-Hasan. Dan dai sumber Ibnu Juraij dan as-Suddi.
[10] Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari ‘Ali.
[11] Lihat Q.S 16: 125
[12] Lihat Fuad Abdul Baqi, al-Lu’lu wa al-Marjan, no 1137
[13] Lihat Thauq Al-Hamamah, Ibn Hazim, hal 105-106
[14] Lihat Sunan Abu Daud Hadis no.1830