Rabu, 28 Mei 2008

Keefektifan MGMP PAI Dalam Meningkatkan Profesinalisme Guru PAI Kabupaten Cianjur

KEEFEKTIFAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PAI SMP TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PAI KABUPATEN CIANJUR

A. Latar Belakang Masalah
Tuntutan akan sumber daya manusia unggul yang memiliki kompetensi yang tinggi merupakan kebutuhan mendesak dalam menyelesaikan berbagai krisis yang terjadi di Indonesia dalam segala aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan.
Reformasi dalam bidang pendidikan akan melibatkan semua komponen pendukungnya, baik siswa, sekolah, manajemen pengelolanya maupun gurunya untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia secara optimal.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui usaha pengajaran dan pelatihan, proses, perubahan dan cara mendidik.
[1]
John Dewey mengatakan bahwa pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
[2]
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) no. 20 tahun 2003, dinyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[3]
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah masih rendahnya mutu guru. Seiring dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 18 tahun 2007 tentang seritifikasi bagi guru dalam jabatan, setiap guru dituntut meningkatkan profesionalisme guru. Dengan kata lain, setiap guru harus meningkatkan kompetensinya sebagai seorang guru, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial maupun profesional. Dengan kompetensi ini guru diharapkan dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik serta mampu mengembangkan profesinya.
Untuk menjawab tantangan rendahnya mutu pendidikan, aneka upaya peningkatan profesionalisme guru perlu dilakukan. Tilaar mengemukakan bahwa profesi guru bukanlah merupakan profesi yang sudah jadi. Guru perlu secara terus menerus mengubah diri karena pengalaman mendidik bukan merupakan pengalaman rutin. Guru merupakan pelaku dalam tindakan pedagogis, karena pedagogis dalam kehidupan terus menerus berubah, profesionalisme guru akan terus berubah.
[4]
Agenda utama yang perlu diprogramkan guna peningkatan mutu pendidikan di tingkat SMP adalah perubahan pada proses pembelajaran di kelas. Perubahan tersebut sulit terwujud tanpa adanya peningkatan profesionalisme guru, karena guru memegang peran paling dominan dalam proses pendidikan. Semakin tinggi profesionalisme guru diduga akan semakin tinggi mutu pembelajaran.
Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa sebagai tenaga profesional, guru bertugas merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran, menila hasil pembelajaran, serta melakukan bimbingan dan pelatihan.
Salah satu upaya yang perlu ditumbuhkan dan dikembangkan untuk mengembangkan tugas profesi tersebut adalah pembentukan gugus sekolah. Pada prinsipnya gugus sekolah adalah wadah sekelompok guru bidang tertentu dari wilayah tertentu, misalnya tingkat kabupaten/kota sebagai tempat membicarakan dan mencari solusi dari masalah yang dihadapi bersama. Misalnya guru-guru PAI membentuk kelompok guru PAI. Selanjutnya anggota kelompok tadi diharapkan mampu melakukan pembinaan profesional di sekolah masing-masing. Di SD gugus sekolah ini dikenal dengan istilah Kelompok Kerja Guru (KKG), di SMP/SMA dengan istilah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan di SMK dengan istilah Musyawarah Guru Mata Diklat (MGMD).
MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) adalah wadah untuk pertemuan para guru mata pelajaran sekolah, lembaga ini bersifat nonstruktural namun memiliki struktur yang berjenjang, mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, sampai sekolah. Pengurus MGMP terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota, dipilih secara musyawarah, dan diperkuat dengan Surat Keputusan Pejabat Depdiknas (Dinas Pendidikan) di provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan dengan masa bakti dua tahun.
[5]
Peningkatan profesionalisme guru juga terus diupayakan sebagai akibat adanya perubahan paradigma dalam proses pembelajaran dari mengajar (teaching) menjadi belajar (learning) dan dari teacher centered menjadi student centered. Pembelajaran yang didominasi oleh kegiatan mengajar dengan peran gurumendominasi proses pembelajaran ternyata tidak efektif sebagai upaya peningkatan mutu.[6]
MGMP merupakan jaringan komunikasi profesi yang dapat dimanfaatkan untuk guru dalam mengembangkan profesinya. Melalui MGMP para guru dapat meningkatkan profesionalismenya dengan berdiskusi dan mempraktekan penyusunan program tahunan (prota), program semester (promes), analisis materi pelajaran, program satuan pengajaran, metode pembelajaran, alat evaluasi, bahan ajar, pembuatan dan pemanfaatan media pengajaran juga dapat dikaji dalam forum ini, berbagai masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran juga dapat ditangani melalui forum ini.
MGMP sebagai tempat untuk meningkatkan profesionalisme guru, perlu dikelola oleh pengurus yang profesional. Pengurus profesional adalah pengurus yang mengetahui dan mempraktekan prinsip-prinsip manajemen. Dalam lingkup MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur, pengurusnya harusmampu berperan sebagai perencana kegiatan, pengorganisasi kegiatan, pemimpin kegiatan dan pengendali kegiatan. MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur dibentuk oleh para guru pendidikan Agama Islam yang bertugas di lembaga pendidikan tingkat menengah atas, baik negeri maupun swasta pada tahun 1993. Lembaga tersebut berada di bawah naungan Dinas Pendidikan, Departemen Agama, dan Yayasan-yayasan sekolah. Yayat Dimyati
[7] menyatakan bahwa Pembentukan organisasi ini didasarkan atas kebutuhan profesionalisme para guru Agama Islam dalam memberikan pembelajaran di hadapan para siswa. Selain itu juga karena peranan guru agama di masyarakat yang dianggap sebagai tokoh agama. Melalui forum ini para guru yang tergabung di dalamnya biasanya mengadakan pertemuan rutin sebulan sekali. lebih lanjut menurut Arti[8] bahwa MGMP PAI di Kabupaten Cianjur telah mempunyai payung hukum berupa Peraturan Daerah (Perda) tentang "Gerbang Marhamah" yang mulai diberlakukan pada tahun 2003. Sehingga Pemerintah Daerah sudah seharusnya ikut andil dalam memajukan dan mengembangan organisasi MGMP ini.
Para guru dapat mengatasi kesenjangan antar SMP dalam perencanaan program pembelajaran, pelaksanaan program pembelajaran, penyusunan alat evaluasi, pelaksanaan evaluasi, analisis hasil evaluasi, serta perencanaan dan pelaksanaan program remidi dan pengayaan dalam forum MGMP. Tanpa melalui MGMP segala bentuk program pembelajaran diduga akan bervariasi dan terjadi kesenjangan.
Tujuan MGMP akan tercapai jika dilaksanakan sesuai dengan program penyelenggaraan dalam penyelenggaraan MGMP seluruh Indonesia. Disebutkan bahwa tujuan penyelenggaraan MGMP bertujuan untuk:
1. Menumbuhkan kegairahan guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar.
2. Meratakan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan legiatan belajar mengajar sehingga dapat menunjang usaha peningkata pemerataan mutu pendidikan.
3. Menampung segala permasalahan yang dialami oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari cara penyelesaiannya yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, guru, sekolah, dan lingkungannya.
4. Membantu guru dalam upaya memenuh kebutuhannya yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.
5. Membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan kebijakan pengembangan kurikulum dengan mutu pelajaran yang bersangkutan.
6. Sebagai tukar informasi dan saling tukar pengalaman dalam rangka mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan teknik mengajar.
[9]

Permasalahan keefektifan MGMP dalam meningkatkan profesionalisme guru PAI SMP sangat komplek. Dalam penelitian ini permasalahan akan dibatasi pada dua hal pokok yatiu permasalahan manajemen MGMP PAI SMP Cianjur dan permasalahan peningkatan proesionalisme guru PAI SMP Cianjur.
Kajian terhadap permasalahan manajemen mencangkup fungsi-fungsi manajemen MGMP sebagai perencana, pengorganisasi, pelaksana, dan pengendali dalam pelatihan MGMP. Kajan terhadap profesionalisme guru mencakup kajian terhadap peningkatan profesionalisme dalam hal penguasaan bahan, pengelolaan program belajar mengajar, pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber pembelajaran, penguasaan landasan-landasan pendidikan, pengelolaan interaksi belajar mengajar, penilaian prestasi siswa, serta pemahaman prinsip-prinsip pengajaran.

Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang KEEFEKTIFAN MGMP PAI SMP TERADAP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PAI KABUPATEN CIANJUR.

B. Rumusan Masalah
Sebagaimana telah diuraikan dalam latar belakang masalah bahwa kajian terhadap keefektifan MGMP PAI SMP Kabupaten Ciajur terhadap peningkatan profesionalisme guru akan lebih difokuskan pada masalah manajemen MGMP dalam meningkatkan proesionalisme guru oleh MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur, oleh karena itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana manajemen MGMP SMP Kabupaten Cianjur guna peningkatan profesionalisme guru?
2. Bagaimana peningkatan profesionalisme guru PAI SMP Kabupaten Cianjur melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh MGMP PAI?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian ini adalah:
a. Untuk mendeskruipsikan manajemen MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur
b. Untuk mendeskripsikan peningkatan profesionalisme guru PAI SMP Kabupaten Cianjur melalui kegiatan yang diselenggaran oleh MGMP PAI?

2. Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Hasil penelitian ini bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjurdaharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan tentang program peningkatan profesionalisme guru PAI.
b. Hasil penelitian ini bagi pemerintah Kabupaten Cianjur, diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengambilan kebijakan peningkatan mutu pendidikan. Pemerintah Kabupaten Cianjur sesuai semangat otonomi daerah wajib mencari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia di wilayahnya, termasuk upaya peningkatan profesionalisme guru PAI.
c. Hasil penelitian ini bagi pengurus MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur, diharapkan dapat memberikan masukan untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan manajemen MGMP.
d. Hasil penelitian ini bagi guru PAI, diaharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya meningkatkan profesionalisme diri melalui forum MGMP.

D. Kajian Pustaka
Sejauh pengamatan penulis, penelitian mengenai peranan MGMP dalam meningkatkan profesional guru dalam konteks profesionalisme guru PAI SMP Kab. Cianjur Jawa Barat belum ada yang meneliti, namun ada beberapa penelitian yang membahas program MGMP pada bidang studi lain, diantaranya:
1. Penelitian yang dilakukan Oma Sutiana, M.Pd..
[10] yang berjudul " Musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) sebagai lembaga pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah : studi terhadap peranan MGMP IPS-Sejarah SLTP di Kabupaten Bandung dalam upaya peningkatan kemampuan profesionalisme guru ". Dasar pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini ialah peningkatan mutu proses dan hasil pendidikan dihadapkan pada tuntutan kualitas layanan guru dalam proses pembelajaran. Lembaga MGMP merupakan suatu wadah dan sebagai tempat yang disediakan bagi para guru mata pelajaran sejenis untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi mereka dalam upaya peningkatan kualitas profesionalnya. Permasalahannya adalah seberapa besar kontribusi kegiatan MGMP terhadap peningkatan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan survey explanatory dengan pendekatan kuantitatif. Adapun hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan kegiatan MGMP IPS-Sejarah SLTP di kabupaten Bandung telah dilaksanakan dengan kriteria baik dilihat dari pengelolaannya maupun dari segi kesesuaian antara materi pembahasan dengan kebutuhan guru di lapangan, berdasarkan perhitungan WMS diperoleh nilai kecenderungan rata-rata sebesar 3,28. Kemampuan guru peserta MGMP IPS sejarah dalam melaksnakan pembelajarn menunjukkan kriteria yang dianggap baik berdasarkan hasil dari angket yang disebar kepada para guru peserta MGMP, dari hasil perhitungan WMS diperoleh angka rata-rata sebesar 3,91. Kontribusi kegiatan MGMP terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah diperoleh angka sebesar 0,33, berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan walaupun berada dalam kategori rendah. Berdasarkan perhitungan koefisien determinannya diperoleh angka sebesar 10,61%, hal ini berarti kegiatan MGMP memberikan kontribusi terhadap kemampuan profesional guru dalam melaksanakan pembelajaran hanya sekitar 10,61% sedangkan selebihnya sekitar 89,39% dipengaruhi oleh faktor lain.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Encang
[11] yang berjudul " Peranan MGMP dalam meningkatkan kualitas inovasi pendidikan : kasus MGMP PPKn Jenjang SMU di Kota Bandung Barat". Penelitian ini Fokus penelitiannya adalah bagaimana meningkatkan peran MGMP yang pada awalnya bertujuan untuk tukar informasi atau berbagi pengalaman memecahkan masalah yang ada kaitannya dengan KBM melalui proses inovasi pendidikan oleh guru, dan jenis-jenis inovasi apa yang mungkin dan sudah dilaksanakan?. Adapun yang dibahas dengan fokus penelitian meliputi : (1) profil kinerja manajemen MGMP dalam upaya meningkatkan inovasi pendidikan, (2) meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran, (3) mengefektifkan fasilitas pendidikan dalam meningkatkan kegiatan belajar mengajar (KMB). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan data yang ada untuk memperoleh makna yang mendalam. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa tujuan dari penyelenggara kegiatan MGMP PPKn di kota Bandung Barat belum tercapai sepenuhnya. Dalam kesiapan administrasi guru sekalipun hasil pengembangan program sudah ada penyederhanaan, namun kenyataan guru PPKn di lapangan masih ada yang belum melengkapi administrasi kesiapan untuk mengajar. Dalam pengembangan materi pelajaran mestinya menggunakan multi sumber buku paket atau buku yang dikembangkan oleh penerbit swasta. Dalam meningkatkan strategi kegiatan belajar mengajar (KMB) masih ada guru di lapangan yang menggunakan satu metode dan media, mestinya menggunakan multi metoda dan media. Dalam melaksanakan evaluasi masih ada guru yang tidak menggunakan prosedur evaluasi. Masih ada guru yang tidak melaksanakan remedial teaching dan remedial test.

E. Kerangka Teori
1. Rumusan Istilah
a. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sebagai Organisasi
MGMP merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang pengembangan sumber daya manusia. Keefektifan organisasi MGMP ini dapat dikaji dari indikator-indikator keefektifan organisasi, artinya keefektifan MGMP sebagai organisasi bisa dipengaruhi oleh faktor struktur organisasi, kemampuan dan karakteristik pengurus, lingkungan, serta praktik dan kebijakan manajemen.
Praktik dan kebijakan manajemen MGMP merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi keefektifan MGMP. Sebab praktik dan kebijakan manajemen MGMP memiliki cakupan yang lebih luas daripada faktor-faktor lain yang mempengaruhi keefektifan MGMP. Dalam hal praktik dan kebijakan manajemen, Robbins menyatakan bahwa semua manajer menjalankan empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian.
[12]
Fungsi perencanaan mancakup kegiatan penetapan tujuan, penetapan strategi untuk mencapai tujuan, dan pengembangan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan.fungsi pemgorganisasian mencakup kegiatan menetapkan tugas-tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus malakukan, bagaimana tugas itu dikelompokan, siapa melapor kepada siapa, dan bagaimana keputusan itu diambil. Funhsi kepemimpinan mencakup aktivitas memotivasi bawahan, mengarahkan kegiatan orang lain, menentukan saluran-saluran komunikasi yang paling efektif dan memecahkan konflik antar anggota. Fungsi pengendalian mancakup aktivitas memantau kinerja organisasi untuk memastikan bahwa semua urusan berjalan seperti seharusnya, membandingkan kinerja yang sebenarnya dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dan mengembalikan organisasi pada jalurnya jika terjadi penyimpangan.
Fungsi MGMP dapat pula dikaji dari pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen MGMP. Terry mengemukakan bahwa management is distinct process concisting of flanning, organizing, actuating, and controling, performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other resources.
[13] Pengertian manajemen tersebut mengindikasikan pentingnya pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam organisasi yang mencakup fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pemantauan.
Parjudi Admosudirjo mendefinisikan planing, organizing, actuating, dan controling. Planning atau perencanaan adalah perhitungan dan penentuan dari apa yang akan dijalankan dalam rangka mencapai suatu prapta (objective) tertentu, di mana, bilamana, oleh siapa, dan bagaimana tata caranya. Organizing adalah tindak tanduk untuk menyambut pelaksanaan rencana yang telah diputuskan untuk dilaksanakan. Actuating adalah aktivitas-aktivitas utama sehari-hari yang berupa kegiatan-kegiatan beraneka ragam. Actuating diajalankan setelah adanya perencanaan dan pengorganisasian. Controlling atau pengawasan adalah keseluruhan dari kegiatan-kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria-kriteria, norma-norma, standard, atau rencana-rencana yang telah ditetapkan.

b. Peningkatan Profesionalisme Guru Melalaui MGMP
Presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudoyono telah mencanangkan guru sebagai profesi.
[14] Seseorang yang bekerja dengan dilandasi pendidikan keahlian dikategorikan sebagai pekerja profesional. Guru yang profesional adalah guru yang bekerja dengan dilandasi pendidikan dan keahlian. Schein sebagaimana dikutip Pidarta menyebutkan ciri-ciri pekerja profesional adalah orang yang bekerja sepenuhnya dalam jam kerja, pilihan pekerjaannya didasarkan pada motivasi yang kuat, memiliki seperangkat pengetahuan, ilmu, dan keterampilan khusus yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang lama, membuat keputusan sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan atau menangani klien,menjadi anggota organisasi profesi, memiliki kekuatan dan status yang tinggi sebagai eksper dalam spesialisasinya, serta keahlian itu tidak boleh diadvetensikan untuk mencari klien.[15]
Samana menyimpulkan bahwa jabatan guru tergolong jabatan profesional karena memenuhi beberapa syarat. 1) Guru secara nyata (de facto) dituntut berkecakapan kerja (berkeahlian) sesuai tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatannya (cenderung ke spesialisasi). 2) Kecakapan atau keahlian guru bukan sekadar hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap yaitu melalui pendidikan prajabatan yang terprogram secara relevan serta berbobot, terselenggara secara efektif dan efisien, serta tolok ukur evaluatifnya terstandard. 3) Guru dituntut berwawasan sosial yang luas, bersikap positif terhadap jabatan dan perannya, dan bermotivasi serta berusaha untuk berkarya sebaik-baknya. 4) Guru mendapat pengesahan dari masyarakat atau negaranya.[16]
Upaya menciptakan suasana sekolah yang kondusifbagi guru untuk belajar bersama dengan sesama guru mengindikasikan pentingnya peningkatan profesionalisme guru melalui MGMP. Peningkatan profesionalisme guru tersebut dapat dikaji melalui proses pelatihan yang diselenggarakan oleh pengurus MGMP. Lynton dan Pareek memisahkan proses pelatihan bagi organisasi peserta dalam tiga tahap yaitu pra pelatihan, proses pelatihan, dan pasca pelatihan. Perhatian organisasi pada tahap pra pelatihan terletak pada empat bidang yaitu 1) menjelaskan sasaran pelatihan secara cermat dan tujuan yang diharapkan oleh organisasi dari peserta setelah pelatihan, 2) menyeleksi peserta yang cocok, 3) mengembangkan harapan dan motivasi yang menguntungkan pada peserta sebelum meeka melalui pelatihan, dan 4) merencanakan perubahan-perubahan dalam organisasi sehubungan dengan perbaikan yang diproyeksikan dalam penunaian tugas.[17]
Depdiknas merumuskan lima tujuan penyelenggaraan MGMP. Pertama, MGMP bertujuan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam berbagai hal, khususnya penguasaan substansi materi pembelajaran, penyusunan silabus, penyususnan bahan-bahan pembelajaran, strategi/metode pembelajaran, memaksimalkan pemakaian sarana/prasarana belajar, dan memanfaatkan sumber belajar. Kedua, MGMP bertujuan mengembangkan mutu profesionalisme guru sebagai pilar utama dalam manajemen kelas sehingga guru bangga terhadap profesinya. Ketiga, MGMP bertujuan untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif sehingga dapat menguasai materi pembelajaran dengan tuntas (mastery learning). Keempat, MGMP bertujuan menumbuhkembangkan budaya mutu melalui berbagai macam cara seperti diskusi, seminar, simposium, dan kegiatan keilmuan lain. Kelima, MGMP bertujuan ntuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning). Tahap kedua, pelatihan, berisi pengalaman guru bagi peserta. Selama peserta dalam proses mendapatkan pengalaman baru, organisasi tidak mungkin hanya menaruh perhatian pada hasil akhir pelatihan melainkan perlu menghilangkan kecemasan dan megkomunikasikan perhatiannya kepada peserta selama mengikuti pelatihan.pada tahap ketiga, pasca pelatihan, peserta didorong untuk menggunakan hal-hal bermanfaat yang telah dipelajarinya, membicarakan pengalaman pelatihan dengan koleganya, serta mengadakan perubahan denagn menggunakan hasil pelatihannya.[18]
Keefektifan MGMP sebagai salah satu faktor eksternal, dimungkinkan dapat meningkatkan profesionalisme guru. Peningkatan tersebut dapat dikaji dari ruang lingkup dan prinsip kerja MGMP, peran dan kolaborasi MGMP, fungsi MGMP dalam konteks manajemen sekolah, danmateri MGMP. Secara khusus, peningkatan profesionalisme tersebut dapat pula dikaji dalam agenda atau program MGMP.

F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif dipandang cocok untuk mengkaji permasalahan-permasalahan manajemen MGMP dan peningkatan profesionalisme guru. Dengan penelitian kualitatif, peneliti dapat memperoleh gambaran yang luas dan mendalam tentang fenomena-fenomena dan kenyataan-kenyataan yang relevan dengan objek penelitian. Data yang diperoleh peneliti lebih banyak bersifat deskriptif yang lebih banyak berupa kata-kata atau gambar daripada angka-angka.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah pengurus dan peserta pelatihan MGMP. Pengurus dan peserta pelatihan adalah anggota kelompok MGMP yang paling tahu tentang manajemen MGMP dan paling tahu tentang aktivitas-aktivitas dalam pelatihan yang dapat meningkatkan profesionalisme guru, dan sebagai key informan adalah ketua satu, is diharapkan paham terhadap aktivitas MGMP dari tahap pra pelatihan, proses pelatian, dan pasca pelatihan. Peneliti memasuki lapangan penelitian melalui key informan tersebut. Ketua satu merupakan orang yang diharapkan paling banyak memberi keterangan, atau orang yang menjadi sumber data dalam penelitian.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, peneliti merupakan instrumen penelitian yang utama.
[19] Interaksi antara peneliti dengan informan diharapkan akan memperoleh informasi yang mampu mengungkap permasalahan di lapangan secara lengkap dan tuntas. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Teknik Interview
Tenik interview adalah teknik atau metode pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang dilaksanakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penyelidikan.
[20] Jenis interview yang penulis gunakan di sini adalah interview bebas terpimpin, maksudnya, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sudah disiapkan terlebih dahulu. Teknik ini penulis gunakan untuk mengetahui secara mendalam persoalan-persoalan manajemen MGMP dan peningkatan profesionalisme guru PAI SMP.
b. Observasi
Teknik obsevasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.
[21] Peneliti mengobservasi objek-objek penelitian dengan menggunakan catatan-catatan lapangan, data-data tersebut dapat berupa data pelaksanaan manajemen ataupun data tentang peningkatan profesionalisme guru PAI SMP Kabupaten Cianjur.
Data yang sesuai dengan objek penelitian dapat diperoleh dalam masa pra pelatihan, proses pelatihan, dan pasca pelatihan. Data tersebut dapat berupa data pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen MGMP sebagai perencana, pengorganisasi, pemimpin, dan pengendali pelatihan yang diselenggarakan oleh MGMP. Data hasil observasi juga dapat berupa data tentang peningkatan profesionalisme guru PAI SMP Kabupaten Cianjur.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk menggali data yang tidak dapat diperoleh melalui wawancara dan observasi, karena dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.
[22] Teknik dokumentasi ini lebih diarahkan untuk mendata admiistrasi pelatihan dan produk-prodek yang dihasilkan dari pelatihan MGMP. Administrasi pelatihan MGMP lebih ditekankan terhadap konsep-konsep dalam pra pelatihan MGMP. Produk-produk yang didokumentasi lebih difokuskan pada produk yang mengindikasikan peningkatan profesionalisme guru PAI.

5. Teknik Analisis Data
Patton sebagaimana dikutip Lexi J. Moleong mendefinisikan analisis data sebagai suatu proses mengatur uruan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
[23] Pelaksanaan analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui kegiatan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Dengan teknik interview, observasi, dan dokumentasi, penelitian ini diprediksika akan mendapatkan data yang berypa catatan lapangan (field notes), transkrip wawancara, dokumen hasil kerja dan laporan, gambar, foto, dan biografi tentang pelatihan MGMP PAI SMP.
Setelah data terkumpul, dilakukan proses reduksi data. Reduksi data merupakan proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang didapatkan. Reduksi data akan dilaksanakan secara terus menerus dan segera setelah ada data yang terkumpul, baik dalam bentuk pembuatan ringkasan, pengkodean, peneusuran tema, maupun pengelompokan-pengelompokan dalam ggus-gugus.
Setelah data direduksi, akan dilakukan penyajian data dengan cara menggabung-gabungkan informasi hingga terbentuk satu kesatuan yang padu, sistematik, danmudah dipahami hubungan antara bagian-bagiannya. Penyajian dapat dilakukan dengan mengklasifikasikan data berdasarkan sub-sub tema.
Setelah data disajikan sesuai tema dan sub-sub tema, akan dilakukan penyimpulan data sesuai tema masing-masing. Penarikan kesimpulan dan verifikasi tidak terlepas dari fenomena yang ada dan pola-pola hubungan yang sebenarnya terjadi. Produk akhir dari penelitian ini adalah laporan hasil penelitian. Oleh karena itu, data yang terkumpul diorganisasikan secara sistematis dan logis agar data tersebut mudah dipahami dan lebih bermakna dalam penyusunan laporan.

G. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan dalam memahami permasalahan dan pembahasan masalah yang terdapat dalam tesis ini, maka perlu disusun sistematika pembahasan sebagai gambaran secara global tentang keseluruhan isi tesis ini, bahwa tesis ini terdiri dari 5 (lima) bab.
Bab I : Pendahuluan, pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II : Mendeskripsikan lokasi penelitian yang akan memberikan gambaran dan pengantar pembahasan berikutnya yang meliputi: letak geografis, sejarah berdirinya, struktur organisasi dan keanggotaan, program dan kegiatan MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur.
Bab III : Merupakan pembahasan tentang keefektifan MGMP dalam menigkatkan profesionalisme guru, meliputi: MGMP sebagai oranisasi, keefektifan MGMP, profesionalisme guru, peningkatan profesionalisme guru melalui MGMP.
Bab IV: Merupakan bab yang mendeskripsikan analisis hasil penelitian, meliputi: Manajemen MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur (penerapan fungsi-fungsi manajemen) dan peningkatan profesionalisme guru.
Bab V: Penutup, dalam bab ini memuat kesimpulan-kesimpulan dari penulisan tesis ini dan pada akhir tesis ini memuat saran-saran penulis terhadap pengelola MGMP PAI SMP, kata penutup penulis dan disertakan pula daftar pustaka, daftar riayat hidup penulis, serta lampiran-lampiran.

KERANGKA OUT LINE

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
D. Kajian Pustaka
E. Kerangka Teori
F. Metodologi Penelitian
G. Sistematika Pembahasan
BAB II: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis
B. Sejarah Berdirinya
C. Struktur Organisasi dan Keanggotaan MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur
BAB III: KEEFEKTIFAN MGMP DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU
A. MGMP Sebagai Organisasi
B. Keefektifan MGMP
C. Profesionalisme Guru
D. Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui MGMP
BAB IV: ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Manajemen MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur
1. Perencanaan Pelatihan MGMP
a. Penetapan Tujuan Pelatihan
b. Harapan hasil pelatihan
c. Perencanaan waktu dan jadwal pelatihan
d. Perencanaan tempat pelatihan
e. Perekrutan peserta pelatihan
f. Perencanaan materi pelatihan
g. Perencanaan narasumber pelatihan
h. Perencanaan pembiayaan pelatihan
2. Pengorganisasian Pelatihan
a. Pembagian tugas antar pengurus
b. Koordinasi internal
c. Koordinasi eksternal
3. Pelaksanaan Pelatihan
a. Pertemuan pertama
b. Pertemuan kedua
c. Pertemuan ketiga
d. Pertemuan keempat
e. Pertemuan kelima
f. Pertemuan keenam
g. Pertemuan ketujuh
4. Pengawasan Pelatihan
B. Peningkatan Profesionalisme Guru
1. Penguasaan Bahan Pembelajaran
2. Pengelolaan Program Belajar Mengajar
3. Pengelolaan Program Kelas
4. Penggunaan Media dan Sumber
5. Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar
6. Penilaian Prestasi Siswa
7. Penguasaan Penyelenggaraan Administrasi Sekolah
BAB V: PENUTUP
A. Kesimplan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998.

, , Pedoman Penyelenggaraa MGMP Seluruh Indonesia,(Jakarta: Dirjen Dikmenum, 1990.

Departemen Pendidikan Nasional, Manajemen PeningkatanMutu Berbasis Sekolah, jakarta, 2001.

, Revitalisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003.

Sutrisno Hadi, Sutriso, Metodologi Research II, Yogyakarta: Andi Ofset 1989.

Lynton & Pareek, Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Kerja, Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1992.

Mentri Pendidikan Nasional, Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Dharma Bhakti, 2003.

Moleong, Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

Pidarta, M. Landasan Kependidikan, Jakarta: Rineke Cipta, 1997.

Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia, Jakarta: PT. Grasindo, 2002.

Robbins, Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. Prenhallindo, 2001.

Samana, A. Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta: Kanisius, 1994.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), Bandung: Alfabeta, 2007.

Suparlan, Guru Sebagai Profesi, Yogyakarta: Hikayat, 2006.


Terry, Principles of management, United State of America: Richard D.Irwin, Inc, 1977.


KEEFEKTIFAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PAI SMP TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PAI KABUPATEN CIANJUR








PROPOSAL TESIS

Oleh:
YUNUS SUPARDI
NIM. 07.223.805





KONSENTRASI MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2008
[1] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm. 648.
[2] Mendiknas, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dharma Bhakti, 2003), hlm. 3.
[3] Departemen Pendidikan Nasional, Manajemen PeningkatanMutu Berbasis Sekolah, (jakarta, 2001), hlm. 1.
[4] Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), hlm. 384.
[5] Suparlan, Guru Sebagai Profesi, (Yogyakarta: Hikayat, 2006), hlm. 131.
[6] Depdiknas, Revitalisasi MGMP, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003), hlm. 2.
[7] Ketua MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur yang bertugas di SMP Persatuan Islam di Jl.Bypas, penulis telah mengadakan penelitian awal pada tanggal 11-12 April 2008.
[8] Anggota MGMP PAI SMP Kabupaten Cianjur yang bertugas di SMP-I Al-I'anah Cianjur dan menjadi kepala bidang kurikulum di tempat tugasnya.
[9] Depdikbud, Pedoman Penyelenggaraa MGMP Seluruh Indonesia, (Jakarta: Dirjen Dikmenum, 1990), hlm. 2.
[10] Magister Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Tesis disidangkan pada tanggal 01 Februari 2004.
[11] Magister Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Tesis disidangkan pada tanggal 01 Februari 2003.
[12] Robbins, Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2001), hlm. 3.
[13] Terry, Principles of management, (United State of America: Richard D.Irwin, Inc, 1977), hlm. 4.
[14] Pencanangan guru sebagai profesi ini disampaikan Presiden pada puncak acara peringatan Hari Guru Nasional XII pada tanggal 2 Desember 2004 di Istana Olah Raga Bung Karno, Senayan, Jakarta. Lihat Suparlan, Guru Sebagai Profesi, kata pengantar, (Yogyakarta: Hikayat, 2006),
[15] M. Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineke Cipta, 1997), hlm. 256.
[16] A. Samana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hlm. 27-28.
[17]Lynton & Pareek, Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Kerja, (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1992), hlm. 74-89.
[18] Departemen Pendidikan Nasional, Revitalisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), (Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003), hlm. 2-3.
[19] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 305.
[20] Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta: Andi Ofset 1989), hlm.202.
[21] Ibid., hlm. 36.
[22] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan..., hlm. 329.
[23] Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 103.

Tidak ada komentar: